Sekelumit Tentang Hadits Palsu

SEKELUMIT TENTANG HADITS PALSU

Oleh: Muhammad Ad-Difuki

 

Hadits merupakan sumber kedua dalam agama Islam setelah al-Quran. Isi dari hadits dapat berupa perkataan, tindakan (perbuatan) ataupun sikap diamnya Rasulullah Muhammad S. A. W.. Umat Islam haruslah menggunakan hadits—dan juga al-Quran tentunya—untuk mengetahui dan memahami agama Islam sehingga dapat menjalankan ajaran agama dengan sebenar-benarnya. Karena di dalam hadits terdapat suri teladan dan bimbingan dari Rasulullah yang harus diikuti dan seyogyanya dicontoh, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah S. W. T. melalui firmannya dalam al-Quran bahwa umat Islam haruslah taat kepada Rasul. Untuk itu pulalah hadits—bersama-sama dengan al-Quran—dianggap sebagai sumber agama Islam.

Fungsi dari hadits sebagai sumber agama adalah menjelaskan, memperinci dan mempraktekkan (memberi contoh) bagaimana maksud dari ayat-ayat al-Quran. Bagaimana melaksanakan perintah-perintah Allah S. W. T. dalam al-Quran. Misalnya perintah mengerjakan ibadah shalat. Di dalam berbagai hadits terdapat berbagai perincian tentang pelaksanaan hal ini. Perkataan Nabi dalam salah satu haditsnya yang menyuruh kaum muslimin untuk shalat sebagaimana melihat Nabi melaksanakan shalat. Sehingga gerakan-gerakan shalat yang dilakukan Nabi dicontoh oleh para sahabat dan terdokumentasikan dalam kitab-kitab hadits. Maka kaum muslimin yang ingin mengetahui tata cara shalat dapat berpedoman kepada hadits-hadits yang berisikan persoalan ini agar dapat mengerjakan shalat dengan baik dan benar. Sesuai dengan shalatnya Nabi. Itulah contoh dari kegunaan hadits bagi umat Islam.

Hal penting yang perlu dipahami tentang hadits adalah hadits tidaklah suci dan terjaga seperti halnya al-Quran. Kitab suci al-Quran merupakan kalam Allah yang sakral sehingga terjaga kemurniannya. Tidak berubah surat maupun ayat-ayatnya. Tetap asli isinya seperti sedia kala. Sedangkan hadits sangat rawan terhadap perubahan dan bahkan pemalsuan. Sehingga akhirnya banyak pula beredar hadits-hadits palsu, yang seringkali (karena tidak diketahui kepalsuannya) dianggap sebagai hadits asli.

Dengan menyadari pentingnya persoalan seperti ini. Maka banyak ulama yang melakukan penyeleksian terhadap hadits-hadits yang ada. Mereka mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk menjaga rantai ajaran agama Islam. Mengkonsentrasikan diri menyibak penyimpangan dan kepalsuan yang masuk dan melekat dalam sumber kedua Islam ini.

Para ulama hadits telah berjasa besar dalam menjaga kemurnian agama Islam. Dari tangan mereka lahirlah ilmu-ilmu dalam bidang hadits yang dapat menguak seluk beluk suatu hadits. Sehingga dapat diketahui mana hadits yang dapat dijadikan pegangan dan mana hadits yang harus ditolak. Perbuatan apa yang sesuai dengan syariat karena berdasarkan hadits yang benar. Dan perbuatan yang bagaimana yang harus ditinggalkan, karena—ternyata diketahui—dilakukan dengan berlandaskan hadits yang batil.

Usaha penyeleksian hadits oleh ulama-ulama hadits dengan melakukan penelitian yang mendalam juga telah membongkar, misalnya saja, motif dari orang-orang yang sengaja memalsukan hadits. Orang-orang yang berdusta atas nama Rasul Allah. Telah diketahui bahwa ternyata alasan para pemalsu hadits dalam melakukan perbuatan kotornya (membuat hadits palsu) tidak saja hanya yang bertujuan merusak Islam. Banyak pula dari kalangan pemalsu yang memiliki tujuan mulia. Seperti, ingin membuat orang rajin beribadah atau ingin membuat orang berhenti maksiat. Mereka biasanya memalsukan hadits seputar keutamaan amal tertentu atau hadits-hadits tentang ancaman dan ganjaran. Hadits palsu mereka umumnya berisi mengenai balasan pahala-pahala yang luar biasa yang akan didapat hanya karena perbuatan-perbuatan yang sepele. Dan juga berisikan tentang ancaman-ancaman siksa yang teramat dahsyat yang akan ditimpakan kepada orang yang padahal cuma berbuat dosa yang tidak seberapa.

Dan ternyata tujuan pemalsuan untuk memberikan dorongan berbuat baik dan berhenti berbuat jahat inilah yang bahkan dianggap lebih merusak dan lebih berbahaya oleh para ulama hadits, dibandingkan dengan motif pemalsuan yang memang anti Islam. Karena terbukti pemalsuan seperti ini telah menimbulkan kesesatan pikir dan kesimpangsiuran dalam pemahaman sebagian kaum muslimin. Sehingga akhirnya muncul dan berkembanglah perilaku-perilaku bid’ah (mengada-ada) di kalangan umat Islam.

 

Rabu

2-Maret-2011

6:21 AM – 8:35 AM

 

This entry was posted in Seputar Hadits. Bookmark the permalink.

Leave a comment